Ikrima's Blog

Welcome to My Blog

This is my personal blog. I hope this blog can give us knowledge, information, and others, and could be useful to those who read it.

ikrima's blog

well ladies, and gentlemen. read it, and hope you get information after you read it.

This is my blog

This is my personal blog. I hope this blog can give us knowledge, information, and others, and could be useful to those who read it.

Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Juni 2016

Cincin untuk Jane


“Selamat berproses dek” seorang senior menyalami Jane.

Jane Sherine sudah dilantik menjadi anggota Teater Fakultas Pendidikan di salah satu Universitas yang ada di Surabaya. Sebuah kalimat yang membuatnya merinding ketika harus mengatakan “Saya berjanji saya akan mengharumkan nama Universitas ini dan membangun bangsa Indonesia” seperti mimpi ketika masuk di Universitas ini. Jane adalah mahasiswa dari kalangan ke bawah. Hampir menetes air matanya, tapi Jane mencoba menyekanya. Melihat atap gedung nan megah, mata Jane terus berkedip menahan air matanya. Jane sangat bangga menjadi mahasiswa di universitas ini. Dalam keluarganya Jane mempunyai dua kakak. Kak Nila, dan kak Mia. Kedua kakak Jane hanya lulusan SMP. 

Acara pelantikan sudah selesai, Jane menatap foto keluarga dalam dompetnya. “Jane kangen ibu, ayah dan kakak” Jane menangis. Dua bulan lebih Jane tidak pulang ke rumah. Rumah Jane di Jember. Sehingga mengharuskan Jane untuk tidak bolak balik Surabaya – Jember. Jane tinggal di asrama. 

                                                ***

Memasuki semester 2, Jane merasa bahagia. Jane mempunyai banyak teman dalam jurusan, luar jurusan hingga luar Universitas karena UKM Teater yang dia ikuti.

“Jane” senior itu memanggil Jane.
 Siapa dia? Jane membalas dengan senyum. Jane tidak tahu nama senior itu.

Senior itu adalah mentornya ketika diskusi di UKM Teater. Jane bertanya kepada temannya siapa nama senior itu?. “Namanya Mario” sahut Tea , sahabat Jane. Jane mengangguk-angguk paham.

“Mau kemana Jane?” senior itu menyapa lagi.
“Eh,, ini kak mau ke asrama, udah selesai kuliahnya” jawab Jane singkat.
Sepertinya kakak itu hafal dengan nama Jane. Selalu menegur sapa.
Mulai dari situ Jane merasa aneh dengan perasaannya. Mungkin Jane suka, tapi Jane tidak yakin.

***

Semester 2 pun selesai, saatnya liburan. Dua bulan liburan selama kuliah dihabiskan Jane bersama keluarganya di Jember.  Jane sangat meindukan keluarganya.

Liburan itu pun selesai, Jane bertemu kak Mario di kampus. Kak Mario tersenyum kepada Jane dengan lesung pipi di sebelah kanan pipinya. Manis.

Jane duduk dibangku panjang di gazebo kampus. Suasana kampus sore hari sangat menyenangkan. Langit membiru. Burung-burung terbang menuju sangkarnya seraya membawa makanan dengan patuknya untuk besok pagi. Semilir udara menerbangkan dedaunan yang kering di bawah tanah. Matahari segera melarikan diri. Seperti bermusuhan dengan Bulan. Langit pun mulai menguning dengan sendirinya. Jane menuju asrama, tempat tinggal Jane selama menjadi mahasiswa.

“Jane” sebuah sms yang tampaknya membuat rasa ingin tahu Jane memuncak. Siapa orang yang mengirim sms ini?. Untuk kali ini sms itu tidak dibalas Jane.

“Jane” Sms yang sama dengan kata dan huruf yang sama sekali tidak berubah. Rasanya Jane ingin membalas sms itu. Akhirnya Jane membalasnya “Siapa?”

Ternyata si pengirim sms itu adalah kak Mario. Sebulan dua bulan. Jane merasa perasaannya tidak seperti biasanya. Jane memilih menghindar ketika bertemu dengan kak Mario. Jane gugup. Mungkin Jane jatuh cinta dengan kak Mario. Tapi “tidak mungkin” pikir Jane.

“Aku suka kamu Jane. Setelah pelantikan menjadi anggota Teater kampus aku berpikir bahwa kamu berbeda. Tapi jangan tanyakan mengapa aku menyukaimu? Aku tidak tahu pasti apa alasannya?” Jane terperanjak kaget melihat sms dari kak Mario. Jane senang, bingung, dan sedih.

Akhirnya Jane memutuskan untuk menolak kak Mario dengan alasan dia sudah milik orang lain, Dodi namanya. Dodi adalah mahasiswa Singapore Management University. Salah satu kampus terbaik di Singapura. Dodi mengambil program studi Manajemen Bisnis.

***

Kak Mario menjauh.  Jane  mulai merasa kehilangan. Jane mungkin tahu bahwa dia menyukai kak Mario tapi Jane tidak mengakui perasaannya karena Jane memilih setia pada kekasihnya, Dodi.

Rasa sesak di dada Jane semakin menjadi. Oksigen di sekitarnya seperti tak mencukupi untuk bernapas. Jane menahan air matanya yang jatuh. Jane mengedipkan mata cepat menahan air mata supaya tak menetes. Jane membuka sebuah novel sebagai penawar kesedihannya “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin” karya Tere Liye. Jane seakan hanyut dalam novel. Membuat Jane berpikir bahwa tidak seharusnya menyalahkan diri sendiri bahwa dia membohongi perasaannya kepada kak Mario.

***

Semester delapan kak Mario pun terlewati. Kak Mario akan lulus pada bulan Oktober mendatang dan akan melanjutkan S2 di Imperial College Inggris. Jane penuh sesak ketika harus melepas kak Mario. Jane dan kak Mario tidak sedekat dulu lagi. Bahkan jane tidak tahu keberangkatan kak Mario ke Inggris.

***

Dua tahun kemudian, kak Mario pulang ke Indonesia dan Jane telah lulus S1-nya dengan tercatat sebagai lulusan pendidikan bahkan dengan label Cum laude.

Sebuah acara yang meriah yang diselenggarakan di lapangan gedung Balai Kota Surabaya. Acara reunian UKM Teater kampus. Jane dan kak Mario pun bertemu. Jane merasa canggung. Akhirnya Jane memutuskan untuk pulang ke rumah.

Tampak seorang laki-laki mengikuti jalan Jane menuju rumah. Jane menoleh dan ternyata laki-laki itu adalah kak Mario. Hati Jane berdegup kencang. Dan pada saat itu pula kak Mario berkata “Will you marry me?”

Jane mengangguk cepat lantaran tidak ingin kehilangan kak Mario untuk kedua kali. Mario pun menikah dengan Jane dan melanjutkan S3 di Harvard University  dengan ditemani Jane.

Di Amerika Jane bertemu dengan seseorang yang dulu pernah disayanginya, Dodi. Dia sudah menikah, begitu pun dengan Jane, Jane dan Dodi sudah meninggalkan kenangan mereka dan keduanya pun bersahabat dan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di kota penuh makna itu.


Assalamualaikum..
Salam Literasi pecinta sastra seluruh Indonesia !
Ikrima (itu sudah nama lengkap saya). Lahir di Gresik, 21 Juli 1996. Saat ini sedang menempuh program S-1 program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah. Membaca, menulis, bersepeda adalah hobi saya. Apabila ada yang perlu ditanyakan, silahkan hubungi 085748678146 email: ikrimasiwow@gmail.com, facebook: Ikrimatus Sholihah (https://www.facebook.com/ikrimatussholihah21), Blogspot: ikrimafirst.blogspot.co.id.

Sabtu, 29 November 2014

The Beautiful Woman Around Me


Beautiful woman is relative. Not only beauty on her face or beauty on her body. But, I think the beautiful woman is the woman whom always smile if she finds problem, the woman whom inner beauty.

In Africa, the woman can be expressed “beauty” is the woman has sexy lips, a dusky skin.
But in Indonesia, the woman can be expressed “beauty” is the woman has long hair, white skin, tall, and sharp nose.
There is a story about the beautiful woman.

Check this out --------

Based on true story.

Mila is a beautiful woman (physical) in her school, but she is different with her mom, she is so bad, may not even if Mila has mother like her. Her mother has dark skin, curl hair, buck tooth. Different with Mila, she has white skin, sharp nose, she is loved by all of the man.

At the moment of graduation in her school, she lease another people to be her mother in graduation ceremony. She is shy if she has mother like monster. And her mom just can see her in window-opening. Her mother is crying.

One month later, her mom is sick, and finally she pass away. But, Mila doesn’t know , and never wants to know. After two weeks later, there is a letter from her mom..

Dear Mila,

I’m your mom, your mom that up till now wants to keep you, eventhough you have grown up. I don’t get it, why do you hate me? Why do you never call me by “mom”?  you may be necessary that I’m not your blood mother.

Long time ago, there was a baby on roadside, the baby was so beautiful likes you, and she was yourself. I taken care sincerely to you.

And may be when you are reading this letter, may be I have passed away. I’m sorry if I can’t give you a happiness,, I’m sorry if I make yourself be shy ! I’m not perfect. I’m sorry and I wish you will be the success woman. May God bless you.

The woman whom loves you

So, final conclusion is whatever the form of your mom, love her, please ! don’t make her disappointed ! because of  her, we can feel alive. Thank you for my mom whom take care with me.. love you so much,, 

Senin, 06 Oktober 2014

ceritaku :)


The last day without you, Mr.Rain
Aku duduk di bangku kelas 3 SMP, Upacara bendera akan segera di mulai, siswa pun segera berkumpul di lapangan sekolah, hari itu tampak mendung, tapi aku pun tidak tau apa yang akan terjadi nantinya, mungkin hujan atau bahkan kebalikannya. Langit pun mulai menghitam seluruhnya, benih tetesan air mulai menetes dari langit kejauhan sana dan turun ke bumi, semua siswa maupun siswi panik, dan kembali ke kelasnya masing-masing, semua yang berada di luar kelas kini masuk ke dalam ruangan membuat kelas semakin sempit dan ramai, karena suara anak-anak yang tak bisa diam.
Hatiku mulai merasa bingung, kenapa? Entah !! aku juga tak begitu mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Aku ingin pulang. Aku merasa ada yang mengganjal, tapi apa yang harus aku lakukan mungkin saat ini tidak bisa terwujud, karena aku berada di sekolah yang dituntut untuk belajar.
Mata pelajaran terakhir telah dimulai, aku berharap jam pelajaran ini cepat selesai, dan aku ingin segera pulang. Hingga pelajaran terakhir selesai dan aku pergi melangkah menuju halte bus, tampaknya ada seorang laki-laki yang menjemputku, aku tahu itu adalah ayahku, tapi kenapa ayah tiba-tiba datang menjemputku?? Aku hanya tersenyum melihat ayah dari kejauhan. Atau mungkin ayah menjemputku karena hari ini adalah hari selamatan nenekku yang ke-40 harinya. Ya mungkin begitu.
Ayah membalas senyumku, dan memberi tanda supaya berjalan lebih cepat lagi, aku pun berjalan secepat mungkin, bahkan berlari kecil. Ayah mengajakku pergi ke rumah nenek yang berada di desa sebelah, hampir waktu itu rasa sedih sudah hilang karena kepergian nenek, aku merasa senang karena nantinya akan bertemu dengan keluarga besar dan saudara-saudaraku di sana.
Aku duduk di teras bersama 2 teman atau 2 sahabat sekaligus 2 saudaraku, dia Mr. Rain (Mas Dian) dan miss big bang (Mbak Tutus), aku memang akrab dengan mereka, kemana-mana selalu bersama, hampir tidak dapat dipisahkan, tapi jaraklah yang memisahkan kita sehingga tidak bisa ketemu setiap hari. Hmmm... rasanya pengen bisa dekat dengan mereka. Duduk dan mendengarkan lagu memang cara kita menghilangkan jenuh, Aku dan mbak Tutus hanya diam menatap mas Dian yang sedang mencuci motornya, mas Dian berkata “ini cuci motor terakhirku”. Tapi aku menganggap hanya seperti biasa saja, tidak ada hal yang terjadi selanjutnya, karena memang yang aku pikir dia akan mendapat motor baru dari ayah kandungnya setelah lama bercerai dari ibunya, dan kini ibunya telah memiliki suami lagi. Mungkin yang dirindukan mas Dian adalah kasih sayang ayah kandungnya. Sebagai adik, aku merasa senang karena telah dipertemukan kembali dengan ayah kandungnya. Kemudian kami menyanyi bertiga. Lagu “semua tentang kita” “peterpan”.
Namun esoknya, hal pahitpun terjadi, entah bagaimana kejadiannya aku sendiri tidak tahu persis. Yang aku tahu hanya mas Dian tabrakan dan aku hanya bisa menjenguk di luar ruangan rumah sakit, melihat mas Dian dengan beberapa kabel di dadanya. Aku sesenggukan, tapi aku yakin dia akan kembali seperti semula. Setelah tiga hari berbaring di rumah sakit, dia mulai siuman dan mulai melihatku yang saat itu diperbolehkan dokter masuk ke dalam ruangan. Alhamdulillah, akhirnya sadar juga, tapi dia belum bisa di ajak berkomunikasi karena kondisinya yang lemah. Tapi aku bersyukur kepada Allah, semakin hari kondisi mas Dian pun semakin baik.
Malam hari sesudah aku sholat isya’ , mas Dian memanggil namaku. Perkembangan yang pesat. Aku pun bersyukur mengucap hamdalah.
Setelah beberapa jam kemudian aku melihat mas Dian kualahan bernafas, aku memanggil dokter supaya di beri oksigen. Tapi gagal, mas Dian meninggal. Badanku terasa down, lemas, dan bahkan ingin pingsan. Aku memeluk mas Dian, kenapa ini terjadi pada masku, kenapa orang muda harus didahulukan, kenapa tidak orang yang tua yang duluan? Aku menangis, mungkin aku menyesal dengan takdir tuhan, tapi seseorang merangkulku, ayah kandung mas Dian. Aku menjadi sedikit lebih tenang. Ya tuhan, kenapa harus masku yang diambil, ya tuhan jika kau mengijinkan bisakah kau tukar dengan nyawa orang lain?. Tapi aku juga tidak menyalahkan tuhan, tuhan maha benar, tuhan mengerti tentang kehidupan dunia, sedangkan aku hanya budak kecil yang tak bisa berbuat semampu dengan tuhannya. Ya tuhan, aku hanya hambamu, ya tuhan maafkan aku yang menyalahkanmu ya tuhan, aku hanya ingin masku kembali hidup, tapi itu tidak mungkin, tapi jika tuhan mengijinkan untuk memberinya hidup lagi, aku akan bersyukur lebih dari aku bersyukur selama ini.
Aku menunggu mas Dian untuk kembali hidup normal lagi, aku seperti orang gila, aku mungkin gila dengan kenyataan pahit ini. Ibuku kembali mengingatkan aku, “hanya allah yang tahu takdir kita, umur kita, kematian kita, rizqi kita, bahkan jodoh kita, allahlah yang mengatur semuanya, serahkan semua kepada allah, dan bahwa manusia akan menghadap allah kembali”. Dari itu aku mulai berpikir untuk bisa bertemu di akhirat dan berkumpul di sana nantinya.
Aku mengantar jenazah mas Dian ke tempat terakhirnya, di situ juga terakhir kali melihat wajahnya.
Aku berharap tuhan bisa menjemput nyawaku dengan cepat supaya bertemu dengan mas Dian, tapi kenapa allah tidak menjemputku juga, ya tuhan aku ingin bertemu dengan mas Dian, ya tuhan aku kangen mas Dian. Tapi bagaimana dengan ayah ibuku, pasti mereka merasa kehilangan. Aku mencoba menerima segala apapun yang terjadi saat ini, tapi itu sulit.
Lagu yang akan mengingatkan tentang kisah kita bertiga, lagu peterpan, semua tentang kita. Duduk di teras dan aku ingat saat itu adalah hari diamana dia ingin mengungkapkan sesuatu, tapi itu tidak di sadari oleh kita.
Waktu terasa semakin berlalu..
Tinggalkan cerita tentang kita....
Tak kan tiada lagi kini tawamu..
Tuk hapuskan semua sepi di hati...
Ada cerita tentang aku dan dia...
Saat kita bersama..
Saat dulu kala..

Senin, 26 Mei 2014

based true story

DIARY BIRUKU 
by : ikrima





Kulitnya terang. Setidaknya dialah wanita tercantik diantara kami. Rambutnya yang lurus, hitam dan lembut. Ketampanan papa dari blasteran Jerman dan Jawa sepenuhnya diturunkan kepadanya. Papa adalah seorang mu’allaf setelah menikah dengan mama.
          Kami bertiga bersaudara. Kakak, aku dan adik perempuan kami. Kakek (dari papa) kami berasal dari Jawa dan nenek (dari papa) kami adalah seorang wanita dari Jerman. Sedang kakek dan nenekku (dari mama) sudah meninggal sejak mama masih kelas 4 SD. Aku dan adik perempuanku lebih mirip mama. Rambut kami kriting. Kulit kami sawo matang. Inilah yang membedakan kami berdua dengan kakak. Aku pun sesekali cemburu kepada kakak, karena banyak orang memujinya.
          Tapi aku dan adik perempuanku bangga dan menjadikannya sebagai andalan dalam mengerjakan PR Matematika kami. Sikap kakak baik, murah senyum, dan yang menjadi ciri khasnya adalah lesung pipi yang terpancar melalui wajahnya. Wajar saja jika para lelaki ingin menjadikan kakak sebagai kekasihnya.
          Kakak berusia 19 tahun. Dia kuliah di salah satu Universitas terfavorit di provinsi Jawa Timur. Usiaku dengan kakak hanya selisih 3 tahun, begitu juga dengan adikku. Usianya selisih denganku 3 tahun.
          Tinggiku dengan kakak hampir sama. Kami sering bertukar baju. Kehidupan keluarga kami sangat harmonis. Dan hampir tidak pernah melihat mama dan papa bertengkar, berbeda dengan tetangga sebelah kanan rumahku, yang bahkan setiap harinya bertengkar, dan pasti selalu ada masalah yang selalu ingin diperdebatkan. Itulah perkataan temanku, anak tetangga sebelah kanan rumahku. Aku  kasihan kepadanya dan mencoba ingin menghiburnya. Guyonan pun terasa garing, mungkin karena guyonan itu-itu saja yang aku sebutkan. Huh..
          Aku bersyukur mempunyai keluarga seperti ini. Mama dan papa yang selalu merawat kami with love and care, dan saudaraku whom I love.
          Hari ini kakek dan nenek akan ke rumah kami. Yippiii,, pasti nenek dan kakek membawakan oleh-oleh khas dari kampung. Yupz.. inilah kesukaan keluargaku. Gethuk pisang. Kakek dan nenekku sudah satu minggu dirumah kami. Kami pun sangat di manja olehnya. Dan hari ini adalah hari terakhir nenek dan kakek menginap di sini. Yaaahhh...
          “kring.. kring..” telepon rumahku berbunyi. Aku tidak suka dengan bunyi telepon rumahku yang nadanya standard seperti itu saja, berbeda dengan handphone ku yang selalu berbunyi “because of you, I never stray too far from the sidewalk..” lagu dari Kelly Clarkson, my favorite.
          Karena hanya aku yang ada di ruang tamu, terpaksa aku mengangkat telepon itu. “Halo, assalamualaikum, dengan siapa ini?” kataku. “ini dengan pak mamat.. bisa bicara dengan ibu Ratna?” pintanya. “sebentar pak..” jawabku.
          “Mama..ada telepon dari pak mamat katanya..” sedikit berteriak. “pak mamat siapa?” mama bertanya dan menghampiriku. “nggak tau ma,,” balasku.
          Aku kembali duduk dan membaca puisi karangan Chairil Anwar, tokoh legendaris yang sangat terkenal sebagai penyair di nusantara ini.
          Tubuh mama tiba-tiba lemas, dan pingsan..
          “mama.. kenapa ma?” untunglah kakak tidak kuliah waktu itu. Kakak membantuku mengangkat mama ke kursi ruang tamu. Setelah sadar, mama menangis. “kenapa ma?” tanya kakak. Mama menceritakannya..
          Mama dapat telepon kalau nenek dan kakek kalian meninggal saat perjalanan pulang. Kakak dan aku langsung lemas. Kenapa begitu cepat? Tidak ada seorang pun yang tahu tentang kematian.
          Kami sekeluarga secepatnya pergi ke kampung untuk melayat. Tangisan di perjalanan pun tampak di wajah kami hingga tiba di tempat tujuan.
          Sejak saat itu, mama sering melamun.. meskipun kakek dan nenek adalah ibu mertua mama, tapi mama sangat menyayanginya seperti ibu kandungnya.
          Minggu demi minggu, aku lihat sikap mama berubah, papa yang sering ke luar kota, membuatku semakin rindu kepada papa. Dan ingin membicarakan tentang sikap mama yang sekarang menjadi pemarah. Bahkan kakak, anak kesayangan mama pun sering menjadi bahan marahannya. Kasihan kakak..
          Kenapa dengan mama?. Mama sering keluar malam, dan selalu pulang pagi. Mama jarang memperhatikan kami. Sekarang mama lebih suka belanja, makan di restoran tanpa mengajak kami. Aku dan kakak sering memergoki mama bersama laki-laki lain.
          Selasa malam, ketika mama baru pulang, kakak menanyakan kenapa mama akhir-akhir ini berubah sikapnya.
          “ma, kenapa mama pulang malam terus akhir-akhir ini?” tanya kakak.
          “ mama, capek mau tidur.. mama kan habis kerja..” jawab mama.
          Aku hanya bisa menguping dari balik pintu kamar mama karena takut. Dan itulah yang sering dijadikan alasan mama mengapa pulang malam.
          Besok, papa akan pulang, aku dan kakak berencana menceritakan hal ini kepada papa.
          Kami bangun pagi-pagi untuk menjemput papa di bandara, kecuali mama, mama tidak ikut menjemput papa di bandara. Setelah turun dari pesawat, papa keluar dari pintu kaca dan menghampiri kita.
          “anak-anak papa.. ini untuk kalian, ini untuk kakak, ini untuk Jane dan ini untuk adik.” Sambil membagikan masing-masing hadiah kepada kami.
          Setelah satu minggu lebih di rumah, papa duduk di teras rumah sambil minum kopi buatan kakak, kakak ingin memancing pembicaraan mengenai mama, tapi papa selalu mengajaknya bergurau. Ya sudahlah mungkin lain waktu kita bisa membicarakannya kepada papa.
           Tiga hari setelahnya kami berdua berusaha untuk mengatakan ini kepada papa.
          “pa, kami berdua mau ngomong sesuatu sama papa?” kata kakak.
          “ada apa? Uang jajan kalian kurang?” sambil membuka dompetnya.
          “pa, kita berdua serius pa.. !!” pinta kakak
          “iya, apa sayang?” tanya papa
          “pa.. akhir-akhir ini sikap mama berubah sama kita, mama sering keluar malam, mama juga jarang masakin kita pa.. mama tidak peduli seperti dulu lagi pa..!!” kata kakak yang tak berani menatap mata papa.
          “mungkin mama sibuk, mengurus kerjaannya jadi kalian jarang diperhatikan.” Jawab papa.
          Papa selalu positive thinking sama mama.
          Aku memeluk kakak erat, dan kami berdua menangis, kami rindu kepada keluarga kami yang harmonis. Aku dan kakak sengaja menyembunyikan hal ini dari adik bungsu kami. Karena dia masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini.
          Sudah seminggu kami memata-matai mama, tapi kami selalu kehilangan jejak. Kami mencoba esok harinya. Tapi nol hasilnya. Aku memberikan usul kepada kakak. “kak, kita buka-buka hape mama aja, pasti ada sesuatunya” usulku. “ide bagus..”jawab kakak.
          Aku dan kakak sengaja menunggu mama pulang dan segera mengecek pesan dalam handphone-nya. Kali ini sedikit berhasil.. kami berdua menemukan pesan dari seorang laki-laki yang di panggil mama dengan sebutan sayang.
          Benar dugaanku.
          Sejak saat itu, kami bertiga lebih suka mengurung diri di kamar. Kakak yang sering menulisi diary birunya dengan kata-kata, gambar, dan mengungkapkan semua perasaannya disitu.
                             Dear diary biruku,,
                            Aku tahu hidupku sekarang sudah berubah, lebih cepat daripada kepompong menjadi kupu-kupu. Terdiam di keheningan malam. Keadaan ini semakin menikam rasa sesak di dadaku.
                    Tuhan, ku sadari cahayaku semakin redup, sayapku tak mampu lagi menahan berat tubuhku. Bahagiaku terlekang oleh waktu. Kekosongan semakin membuatku terbang tak berarah dan gema “pengkhianatan” terus bersahut di kepalaku. Tuhan bisakah lebih cepat engkau menggantikan keadaan ini dengan keadaan yang bisa membuat kami bertiga bahagia, tuhan..?
          Mama tidak pernah menanyakan keadaan kami, apa kami bertiga baik-baik saja atau tidak... mama seolah lupa dengan kami.
          Dari balik daun cemara, ku lihat papa masih di jendela. Kami menghampirinya. Kali ini menatap kami pilu. Perlahan tetes airmatanya membasahi pipinya, membanjir dan tak terbendung lagi. Tubuhnya semakin kurus bergetar perih melihat kelakuan mama. Papa hanya bisa bersabar. Karena papa tahu, usianya tak lagi mampu bekerja dengan keras. Papa sudah menasehati mama. Tapi mama mengancam tidak akan mengurus kami, tidak akan membiayai sekolah kami berdua, dan sekolah kakak. Mama ingin hidup senang di luar sana daripada menunggu papa yang jarang pulang
        Papa terpaksa membiarkan mama.
        Keluargaku yang semula utuh dan harmonis, kini sudah menjadi kenangan. Papa sakit parah, tidak diketahui penyakitnya secara pasti. Kata dokter itu adalah penyakit dari dirinya sendiri. Ku rasakan rasa sakit papa. Dan ku peluk sayap papa dalam naungan. Naungannya adalah kasihku dan pelukannya adalah bahagiaku.
        Hingga kemudian, tatapan papa menghilang dari hidupku. Papa meninggal. Kami telah kehilangan sosok malaikat dalam kehidupan kami. Sosok papa yang baik dan penuh canda tawa. Dan mama yang pergi entah kemana. Tapi kami sadar bahwa masalah adalah tanda kehidupan.
                                              
        Kakakku yang harus membiayai sekolah kami, kakak banting tulang mengurusi kebutuhan sehari-hari. Aku ikut membantu kakak dengan jualan gorengan keliling kampung. Hidupku memang sudah terbalik 180 derajat. Yang dulu hidup mewah. Kebutuhan tercukupi. Sekarang harus bekerja sendiri. Kami tidak mau dikatakan sebagai P-E-C-U-N-D-A-N-G yang setiap harinya hanya bisa menangis. Kata negative itu selalu kami jadikan semangat dalam menjalani hidup.
        Aku ke kamar kakak. Aku melihat selembar surat dari rumah sakit Wijaya Kusuma yang aku kunjungi beberapa waktu lalu bersama kakak. Disitu tertulis aku positive mengidap penyakit Embolus yaitu penyumbatan arteri menuju otak oleh gumpalan darah.
        Aku tidak seberapa tahu dengan penyakit ini. Aku berpikir bahwa hidupku tidak akan lama lagi.
        Kakak yang sekarang sudah menjadi sarjana, menjadi orang yang  berhasil dan mengangkat derajat kehidupan kami. Kami memang beruntung mempunyai seorang kakak seperti kak Nadia.
        Kak Nadia sudah berusia 21 tahun, itu artinya kak Nadia sudah dewasa, dan akan menikah. Tapi kakak tidak mau menikah. Alasanya hanya trauma dengan pernikahan almarhum papa dan almarhumah mama. Padahal para lelaki sudah banyak sekali yang melamar kakak, tapi tak seorang pun diterimanya.
        Aku mencoba membujuk kakak untuk segera menikah. Tapi kakak tidak mau. Kakak merasa kasihan denganku. Dengan penyakit yang ku derita.” Jika kakak menikah, maka tidak ada yang memperhatikanmu seperti dulu lagi.” jelasnya.
        “kak... aku sudah besar, usiaku sudah 18 tahun, itu artinya aku bukan anak kecil lagi, kak..”
        “nggak, kakak lebih nyaman hidup seperti ini, daripada menikah dengan orang lain yang belum tentu baik” sahut kakak.
        “kak, ingatlah yang selalu diajarkan papa kepada kita yang harus selalu positive thinking !“
        “positive thinking memang perlu di tanamkan, tapi negative thinking juga harus ditanamkan, itu sebagai bentuk kewaspadaan kakak” jelasnya.
        Aku menunduk tak bisa berkata.
        Esoknya aku melihat dari balik jendela kamarku yang berdekatan dengan ruang tamu, “kakak.. ada cowok ganteng kak,,” kata adik bungsuku yang sudah menginjak remaja.
        “siapa?”
        “lihat aja sendiri.. kayaknya temen kak Nadia deh..”
        “ih cie.. kakak, sudah sana temuin dia, biar aku yang ngelanjutin cuci piringnya” bujukku sambil menggoda.
        Semoga kakak cepat di buka hatinya untuk menikah. Amiin..
        Aku mengintip dan mendengar pembicaraan kakak dan bang Reza, teman kak Nadia. Kakak menolak lamaran lagi. Kakakku trauma berat. Meskipun begitu, bang Reza tetap akan menunggu kakak sampai kapanpun..
        So sweet. Kenangan yang lalu sudah tak pernah teringat lagi di keluarga kecil kami dan hampir sudah pupus. Perlahan aku membujuk kakak. Tapi kakak tidak menghiraukan..
        Aku menulis surat..
                             Kak, maaf jika aku selama ini selalu merepotkan kakak. Maaf jika selama ini aku ada salah sama kakak. Mungkin umurku sudah tinggal menghitung beberapa bulan lagi. Aku ingin kakak bahagia jika aku sudah tiada. Aku ingin kakak segera menikah.
        Itulah surat pendek untuk kakak yang kuselipkan di bantal kesayangannya. Aku tahu kakak juga mencintai bang Reza. Tapi kakak tidak mau menerima pinangannya.
                                              
        Setelah beberapa hari, kakak memutuskan untuk menerima lamaran dari bang Reza dan kemudian akan menikah dan bahagia.
        Aku terharu melihat keputusan kakak. Meskipun mama sudah pergi dan mungkin tak kan pernah kembali.
        Pernikahan pun menanti. Esok. Aku bahagia melihat senyum manis kakak. Pernikahan yang sederhana tapi penuh arti kehidupan.
        Esok tiba saatnya. Kakak menikah. “Alhamdulillah..” syukurku. Tak di sangka juga mama datang ke pernikahan kakak. Mama minta maaf kepada kami. “Kami sudah memaafkan mama dari dulu” jawab kakak. Kak Nadia memang baik dan cantik, hati maupun parasnya diantara kami. Kami bangga sama kak Nadia. Kak Nadia juga menceritakan kepada mama bahwa papa sudah meninggal. Mama menangis penuh sesal. Mama menyesali segala perbuatannya. Mama menangis sesenggukan, dan kami juga. Kak Nadia menghibur mama. Tapi mama masih merasa berdosa karena telah selingkuh di belakang papa.
        Pernikahan sudah di mulai dan kakak sudah menjadi istri sah bang Reza.
        Kepalaku sakit, terasa mual di perut. Badanku lemas.. darah sedikit demi sedikit mengalir dari lubang hidungku. Aku pingsan.
        Aku kembali sadar,dan aku berada di pangkuan mama. Aku merindukan kasih sayang dan pelukan mama. Sampai aku memudarkan sayapku di dekapan lengan terbuka mama.  Aku meninggal dalam dekapannya.
        Aku ingin menjadi kunang-kunang kecil di tengah-tengah keluarga kami. Mencoba mengilaukan sinarnya yang dulu redup. Dan aku bisa pergi dengan bahagia dan tenang sekarang..