Bingung
lagi…Bingung lagi.. Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dibuka kembali pada bulan Oktober tahun
2018. Awalnya saya sudah kerasan (Bahasa Indonesia: senang dan nyaman) mengajar
di Al-fithrah. Tapi pikiran bingung kembali muncul. Kalau dipikir siapa sih
yang gak ingin jadi PNS? Semuanya pasti menginginkannya.
Setelah
beberapa hari berlalu, sejenak saya sudah lupa tentang pendaftaran CPNS. Tapi
yang membuat saya teringat kembali pendaftaran CPNS adalah chat dari teman-teman
di grup maupun pribadi. Akhirnya saya pikir, apa salahnya mencoba? Saya mulai
mendaftar di website. Tapi website selalu error. Apa mungkin saya tidak
diridhoi untuk daftar CPNS ini. Ternyata semuanya juga begitu. Saya tunggu
waktu yang sekiranya website bisa digunakan adalah saat orang-orang tertidur
pulas. Ini salah satu triknya. Ternyata tetap saja tidak bisa. Disaat sela-sela
kesibukan, saya menyempatkan tapi selalu tampak website error.
“Yasudah”
pikirku. Pelan-pelan, esoknya iseng-iseng buka, ternyata website sudah bisa dan
saya langsung daftar online. Tapi perasaan ragu kembali saya rasakan. Seperti
tidak tega meninggalkan Al-fithrah. Saya jadi teringat omongannya Ustadzah Elis
“Orang-orang yang sudah masuk ke sini adalah orang-orang pilihannya Romo Yai”.
Saya pikir kembali “masak iya saya harus meninggalkan Al-fithrah? Bagaimana
kalau saya rindu suasana seperti ini? Akan sulit menemukan ketika sudah keluar
dari sini”.
Sore
hari, saya pergi ke pesareannya Romo Yai. Saya pergi sendirian. Biasanya saya
selalu ditemani oleh ustadzah yang lain. Tapi kali ini saya mau sendirian saja.
Seperti biasa, saya masuk memberi salam kemudian membaca tahlil, lalu saya
bercerita kepada Romo Yai apa yang selama ini saya gelisahkan. Panjang sekali.
Saya tidak bisa menceritakan secara detailnya, karena privasi. Pertimbangan
baik buruknya sudah saya pikirkan juga. Sampai saya terdengar isak tangis saya
sendiri. Ternyata cukup keras. Saya menahan suara saya, supaya tidak sampai
terdengar oleh orang lain. Maklum, sebenarnya saya ini adalah sosok yang
cengeng, hanya di depan saja saya terlihat seperti yang kalian lihat.
Malam
hari, ketika selesai musyawarah. Saya tertidur pulas, karena siang harinya
terlalu melelahkan. Sepintas dalam mimpi, saya dipanggil Romo Yai dengan
melambaikan tangan beliau. Saya mendekat. Saya tidak berbicara sepatah kata
pun. Tiba-tiba Romo Yai berbisik “Nang kene wae nduk” dalam Bahasa Indonesia
yang artinya “Disini saja nak”.
Saya
terbangun, karena waktunya sholat Isya’. Saya bergegas ke kamar mandi, karena
imam sudah mulai takbirotul ihrom. Cepat-cepat saya sholat supaya bisa
mengikuti imam. Setelah sholat, saya mengingat kembali pesan Romo Yai dengan
perkataan singkat itu. “Apa maksudnya ya? Apa Romo Yai masih ingin saya disini?
Padahal saya ini buruk”.
Esoknya
saya kembali bercerita dengan Ustadzah Elis tentang mimpi saya. Ustadzah Elis
menjawab “Romo Yai itu welas dzah. Barang siapa yang masuk sini, berarti Romo
Yai suka sampean. Orang yang masuk sini juga bermacam-macam ustadzah, ada yang
memang orang baik supaya orang baik itu memberi energi positif dan berdampak
baik bagi yang lain, ada pula yang buruk supaya yang buruk tersebut bisa
menjadi baik”.
“Ya
Allah saya ini buruk, tapi saya juga ingin menjadi baik seperti yang
diceritakan Ustadzah Elis” kata saya dalam hati. “Romo Yai itu menerima semua
murid dari kalangan manapun, dari golongan manapun, dari manapun Romo Yai
selalu menerima. Kalau tidak salah, itulah filosofi kenapa masjid Al-fithrah
tidak berpintu. Saya kurang tahu mengenai filosofi ini. Coba sampean tanyakan
sama ustadz-ustadz sepuh” kata Ustadzah Elis.
Hari
tes pun tiba, coba saya ikuti saja. Saya bertemu teman saya. Riris dan Linda
yang sebelumnya kita sudah janji untuk bertemu. Kami bertemu dan kemudian kami
dipisahkan karena nomer peserta kami yang berbeda. Pada hari itu, saya bertemu
dengan banyak teman semasa kuliah, teman sekelas, bahkan senior-senior program
studi selama kuliah.
Tes
CPNS dilaksanakan dengan menggunakan laptop atau komputer. Soal-soal terlalui
dengan lumayan gampang. Soal terakhir tentang kepribadian. Tenyata soalnya luar
biasa njelimet. Kalimatnya panjang-panjang. Saya sudah tidak bisa konsentrasi
lagi, karena pada saat itu saya habis sakit. Saya membaca satu soal
berkali-kali, dan waktu yang tersisa tinggal sedikit. Saya mempercepat membaca
saya dan mencoba konsentrasi penuh. Soal sudah selesai. Saatnya melihat skor.
Ada 3 jenis soal. 2 jenis soal sudah melampaui batas dan keduanya saya mendapatkan
nilai 90. Akan tetapi pada tes kepribadian, nilai saya kurang 5 skor dari nilai
minimal yang harus dicapai. “yah, kurang sedikit lagi” saya sempat kecewa.
“yasudahlah, belum rejeki” saya menggumam.
Ternyata
teman saya Linda, masuk tes tulis CPNS ini. “Alhamdulillah diantara kami ada
yang lolos, jadi kalau ada tes lagi bisa tanya triknya supaya lolos CPNS hehe”
kata saya. Kami menanyakan skor masing-masing yang kami peroleh. “Aduh, eman”
kata Riris. “Yasudah tidak apa-apa ik, besok coba lagi” kata Linda
menyemangati.
Rasa kecewa sedikit
ada, dan rasa senang juga ada. Karena saya tetap di Al-fithrah. “apa ini ya
maksud Romo Yai?” meskipun begini saya sudah tidak merasa sedih dan kecewa
lagi, karena yang terbaik pilihan kita belum tentu terbaik menurut-Nya. Satu
kata yang perlu digaris bawahi dan sering sekali dikatakan oleh para ustadz dan
ustadzah “Ngalap Barok
0 komentar:
Posting Komentar