Kalau
ditanya mengaji, saya sedikit bisa. Tapi ternyata setelah berada di Al-fithrah,
saya menyadari kalau bacaan saya jauh sekali dari kata sempurna. Banyak
kekurangan saya dalam membaca al-qur’an. Apalagi ini membaca dengan menggunakan
metode ummi. Kalau dikampung, saya hanya belajar al-qur’an, begitu saja yang
saya tahu. Tidak pernah tahu metode apa dulu belajar al-qur’annya.
Akhirnya,
di MI diajarkan oleh Ustadz Lathif cara baca qur’an yang benar sesuai dengan
metode ummi. Ada 6 jilid:
1. Jilid
pertama mempelajari tentang huruf hijaiyah
Semua huruf terlihat
biasa dan gampang dibaca. Tapi banyak sekali yang salah. Huruf Ba’ kalau di
baca orang jawa bacaannya akan menjadi medok. Itu saja sudah salah, jadi
membacanya tidak boleh terdengar medok. Selain Ba’, saya sendiri tidak bisa
melafalkan ro’ dengan benar, ro’ nya lidah tidak harus bergetar, jadi
melafalkannya seperti orang cadel. Dan saya masih banyak lagi kesalahan dalam
melafalkan huruf-huruf hijaiyah.
2. Jilid
kedua mempelajari bacaan selain hamzah
Bacaan ini juga jangan
dibilang mudah, ini juga sulit. Huruf alif, hamzah, dan ‘ain juga berbeda cara
membacanya. Yang terbilang sulit adalah bacaan huruf alif dan hamzah.
Membaca hamzah adalah
dari kerongkoan sebelah bawah dada. Sebegitu sulitnya, oleh karena itu,
semuanya perlu belajar. Selama kita masih mau belajar, kita akan bisa.
3. Jilid
ketiga mempelajari panjang
Menurut saya ini lumayan
gampang dari pada jilid-jilid yang lainnya. Asal cara baca panjangnya sesuai. Jika
panjang pendek maka cukup dua harakat saja panjangnya. Jika panjang lama (~)
maka dibaca panjang 6 harakat atau 3 alif.
4. Jilid
keempat mempelajari tasydid dan panjang lama
Cara membaca tasydid
adalah dengan cara ditekan. Dan sekali lagi saya perlu belajar lagi, huruf ba’
tasydid bacanya harus ditekan dan tidak boleh medok. Begitu juga huruf yang
lainnya harus dengan cara ditekan.
Panjang lama disini yang
dimaksudkan adalah bacaan ikhfa’ maka harus mendengung dan sedikit lama. Jadi
jangan sampai ketika membaca bacaan ikhfa’, tapi malah membacanya secara idzhar
atau jelas.
5. Jilid
kelima mempelajari ghunnah
Cara membaca ghunnah adalah
dengan menekan lama di pangkal hidung bacaannya.
6. Jilid
keenam mempelajari pendek
Semua yang bukan ikhfa’,
ghunnah dan (~) panjang lama adalah dibaca pendek.
7. Ghorib
Ghorib ini berbeda lagi dengan keenam
jilid di atas. Ini tentang bacaan khusus dalam al-qur’an seperti bacaan imalah,
bacaan isymam, dan masih banyak lainnya.
Akhirnya, dari
sinilah saya sedikit paham, meskipun masih banyak yang harus dipelajari lagi.
Semua ustadzah juga belajar tentang bacaan ummi. Karena untuk menerapkannya ke
anak-anak pun perlu juga standarisasi dan cara baca yang benar. Sekaligus
menjadi ilmu baru bagi saya. Lagi-lagi saya mendapatkan ilmu baru. Kuncinya: Ja
0 komentar:
Posting Komentar