Ikrima's Blog

Minggu, 16 Juni 2019

RAMADHAN DI AL-FITHRAH


Pertama kali Ramadhan di Al-fithrah. Suasananya beda sekali.
Puasa  di Al-fithrah tidak seperti puasa pada umumnya. Disini, di al-fithrah, melakukan puasa mutih atau ngrowot. Puasa mutih adalah amaliyah berupa tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang berasal dari makhluk yang bernyawa atau salah satunya campuran bahan pembuatannya terdapat unsur hewani. Jadi disini puasanya hanya dengan makan makanan dari benda tak hidup kecuali tumbuhan. Jadi kalau misalkan mau jajan bakso ya tidak bisa, karena bakso terbuat dari bahan ayam atau daging sapi. Contoh lain ingin minum susu, itu juga tidak boleh karena susu berasal dari hewan sapi atau lainnya, harus ditahan dulu. Atau hal lainnya yang asal usulnya dari benda hidup.
Akan tetapi, pada saat hari Kamis, sering sekali para ustadz dan ustadzah menyebut hari Kamis dengan hari merdeka. Karena pada saat hari Kamis, semua boleh dimakan, ini sekaligus hari rayanya orang yang berpuasa mutih. Sempat ingin ini itu, karena biasanya pada waktu berbuka semua jajanan yang saya suka selalu saya beli. Kali ini tidak bisa seperti itu. Jadi ketika di bazar atau jalanan dekat pondok, saya hanya bisa melihat sambil menahan keinginan untu beli. Hal baru yang saya alami di sini.
Tentunya puasa mutih ini punya tujuannya atau manfaatnya loh. “Tujuan utama mutih adalah Riyadhoh, Mujahadah, taqliluth tho’am (menyedikitkan makan) agar hawa nafsu bisa dikendalikan, semangat (rikat) beribadah dan agar dibersihkan dari pengaruh-pengaruh syubhat dan haram. Oleh karenanya, perintah dari guru mursyid kepada murid lebih pada pada sisi menghasilkan kesempurnaan (tahsilul kamalat) bagi murid. Jika dirasa bermanfaat kemudian ia meninggalkan maka ia termasuk su’ul adab (adab yang buruk). Waktu mutih antara laki-laki dan perempuan berbeda. Waktu mutih laki-laki mulai tanggal 21 Sya’ban dan wanita mulai tanggal 1 Ramadhan, keduanya diakhiri pada akhir bulan Ramadhan, pengecualian puasa mutih ketika hari Kamis malam Jumat bulan Ramadhan. Disamping menjalankan puasa mutih, juga harus membaca sholawat. Ada 3 macam sholawat yang harus dibaca yaitu sholawat habibil mahbub, sholawat thibbil qulub dan sholawat qod dloqot. Tiga macam sholawat tersebut masing-masing dibaca sebanyak 100 kali selain malam Jumat. Adapun malam Jumat masing-masing dibaca 1000 kali” penjelasan detail salah satu Ustdaz Al-fithrah.

Setelah berpuasa sehari penuh, kami berbuka puasa bersama anak-anak. Setelah semuanya selesai, kami bergegas menuju ke masjid Al-fithrah untuk sholat maghrib, sholat isya, serta sholat tarawih di sana, tak lupa kitab suci Al-qur’an dan kitab Annafahat yang harus dibawa.
Suasana Ramadhan begitu terasa di sini. Tiba-tiba saya teringat kata Ayah, sebelum Ayah sakit. Ayah ingin ke sini saat bulan Ramadhan. Ayah ingin merasakan suasana di sini ketika sholat tarawih. Tak terasa air mata ini menetes, cepat-cepat saya usap supaya tidak ada yang tahu. Saya melihat bintang-bintang di langit yang nampak hanya beberapa saja. Angin di lapangan masjid Al-fithrah membelah keheningan dengan suara dedaunan pohon. Nampak semua khusyu’ dalam beribadah.
Saya melihat seorang nenek yang sudah sepuh memegang tasbih seraya bibirnya komat-kamit melafalkan wadzifah dzikir bersama jamaah lain. Melihat sebelah kanan dan kiri saya yang rata-rata adalah orang yang sudah sepuh bahkan ada yang memakai kursi roda, namun masih menyempatkan untuk datang sholat berjamaah di sini. Saya merasa terenyuh, kadang-kadang saya merasa malas untuk jalan menuju masjid, padahal kaki saya masih sehat dan masih mampu berjalan.
Wirid telah selesai dan doa sudah dibaca. Ada jeda beberapa menit, saya dan anak-anak memanfaatkan untuk mengaji Al-qur’an. Beberapa lembar sudah dibaca, diteruskan lagi nanti setelah sholat tarawih. Adzan Isya sudah berkumandang, mendengarkan suara merdu dari santri Al-fithrah yang entah sipa namanya, membuat hati ini tenang, menikmati dan menyejukkan sanubari. Subhanallah suaranya indah sekali.
Sholat pun segera dimulai, imam sudah berdiri dan takbirotul ihrom.
“Assalamu’alaikum warahmatullah” imam menoleh ke kanan lalu ke kiri tanda akhir sholat isya’.
Sholat isya telah usai. Tibalah saatnya untuk sholat tarawih.
Bilal sudah memulai memberi aba-aba.
Mendengar suara bilal yang berbeda dari musholla-musholla pada umumnya, saya tertegun mendengar keindahan suaranya, Subhanallah. Bacaan sholatnya pelan dan meresapi membuat orang-orang semakin khusyu’. Bacaan tartilnya begitu menyentuh hati. Indah sekali. Sholat tarawih di sini 23 rakaat termasuk sholat witirnya. Setiap 8 rakaat sekali, Habib Ahmad Al Haddar membaca Annafahat. Subhanallah suaranya indah sekali. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?. Terimakasih Allah SWT telah memberikan kenikmatan bisa mendengarkan lantunan ayat suci Al-quran dan sholawat yang indah ini.

DZIKIR FIDA’
Dzikir fida’ adalah dzikir dengan membaca laailaahaillallah sebanyak 70.000 kali. Lampu dimatikan, di dalam maupun di luar masjid. Nyaman sekali rasanya. Dzikir fida’ dilakukan selama Ramadhan dimulai pukul 21.30 sampai jam 23.00. Tanpa sadar, saya mengantuk. Saya tertunduk sebentar karena mata saya sudah berat untuk diangkat kelopaknya.
Saya melihat Romo Yai berjalan dari arah ndalem (rumah) menuju ke arah masjid dengan membawa tongkat di tangannya. Romo Yai menggunakan pakaian serba putih. Menggunakan pakaian putih dan surban putih yang dibuat seperti kerudung di kepala. Romo Yai terus berjalan dengan menggunakan tongkat yang terbuat dari besi di tangan kanannya. Tiba-tiba saya terbangun dari mimpi. Ya Allah, apa saya ditegur Romo Yai gara-gara saya mengantuk. Astaghfirullah.. tak lama kemudian dzikir fida’ selesai dan saya pulang ke asrama bersiap-siap untuk melaksanakan sholat malam.
Sholat malam di sini adalah sholat tasbih 4 rakaat dan diakhiri dengan sholat liqodlo’il hajaat. Setelah imam membaca doa, tandanya sudah selesai. Dengan sesegera mungkin kami kembali ke asrama untuk menyiapkan makan sahur kami. Kami makan sahur dengan anak-anak. Nasi diletakkan di talam dan dimakan bersama-sama. Sungguh indah kebersamaan di bulan Ramadhan ini.

0 komentar:

Posting Komentar