Di Indonesia banyak kita jumpai berbagai macam perkebunan. Salah satu
perkebunan yang terkenal adalah perkebunan kelapa sawit. Salah satu penghasil
kelapa sawit tebesar di Indonesia adalah Sumatera Utara. Terdapat juga
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lainnya. Perkebunan
kelapa sawit ini mempunyai banyak dampak positif diantaranya dari segi ekonomi,
kesehatan dan lain sebagainya. Diantara manfaat dari minyak sawit adalah meningkatkan
kesehatan jantung, meningkatkan tiroid, meningkatkan metabolisme, menurunkan
berat badan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengobati jerawat/komedo,
mengobati kulit terbakar akibat sengatan sinar matahari, dan kulit kering. Aka tetapi, dari manfaat tersebut, perkebunan sawit
ini mengundang kekhawatiran lingkungan karena besarnya peghancuran hutan
disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit. Selain itu, perkebunan kelapa sawit
yang pada awalnya adalah hutan, kini dibersihkan dan dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Sehingga menyebabkan punah dan hilangnya habitat orang
utan di Indonesia. Penyebab lain dari perkebunan kelapa sawit adalah
menyebabkan kerusakan fungsi dan jasa lingkungan. Hilangnya biodiversitas akibat deforestasi demi sawit telah
menyebabkan kerugian dalam hal nilai ekonomi, ekologis dan ilmiah yang tak
terhingga. Hal ini semakin menyedihkan jika membayangkan cara
“sadis” seperti pembakaran hutan, pengusiran penduduk dan pembantaian satwa
yang kerap dilakukan dalam pembukaan lahan perkebunan sawit. Ada juga beberapa
perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan tanpa konsultasi kepada masyarakat
lokal atas pengolahan tanah yang dijadikan perkebunan kelapa sawit.
Aktifitas pembukaan lahan perkebunan seperti erosi dan sedimentasi,
pembakaran lahan dan hutan, penggunaan bahan kimia pertanian yang bersumber
dari pestisida dan herbisida berbahaya, beracun dan sangat mematikan oleh kebun
sawit dan gas-gas pencemar lainnya dalam proses dan aktifitas pabrik terpapar
dan menguap dalam air, tanah dan udara sekitarnya, sehingga menyebabkan
pencemaran udara, air dan tanah. Dari kesekian yang dituliskan masih banyak
lagi dampak negatif dari pembukaan lahan pertanian.
Perkebunan kelapa sawit menyebabkan terbatasnya lahan pertanian dan
sumber agraria akibat himpitan dan tekanan perluasan dan penguasaan oleh
perkebunan kelapa sawit. Akibatnya kesulitan pangan termasuk harga pangan yang
naik.
Pada perkebunan kelapa sawit, penyerapan yang dilakukan oleh akar
kelapa sawit adalah penyerapan boros air, maksudnya akar yang terdapat pada
tanah perkebunan mempunyai daya serap air dan unsur hara yang besar. Hal ini
menyebabkan tanah yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit akan kekurangan
air dan dapat menyebabkan erosi tanah atau mengikisnya tanah karena kering. akar
dari kelapa sawit sangat sulit untuk dibersihkan walaupun pohon sawit tersebut
telah mati, namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar akar dan tanah yang
telah ditanami kelapa sawit dapat digunakan lagi. Selain itu tanah bekas
perkebunan kelapa sawit akan menjadi gersang karena unsur-unsur hara yang ada
di dalam tanah telah habis.
Sebaiknya pemerintah melakukan pengecekan terhadap daerah-daerah yang telah
melanggar dan melegalkan proses perizinan yang semestinya lahan itu bukan untuk
perkebunan. Jika beberapa tahun kedepan pembukaan perkebunan masih terus
diperluas, akibatnya akan terjadi bencana alam yang mungkin berujung pada
bencana kemanusiaan. Seharusnya bencana alam dapat dicegah sejak dini, sebagai
suatu harapan agar anak cucu nanti masih dapat melihat betapa indahnya alam
yang luas dan pohon-pohon lebat maka mulai dari sekarang upayakan dalam
menerima suatu perusahaan pertimbangkan matang-matang apa dampak yang
ditimbulkan baik dampak positif maupun negatif.
Untuk itu, kami rasa
perlu adanya sosialisasi tentang green economic di Sumatera Utara, Kalimantan
Barat, maupun di daerah lainnya yang sekarang sedang gencar di lakukan di
seluruh Negara.