Ikrima's Blog

Sabtu, 06 Desember 2014

article


Terdegradasinya Kebudayaan Indonesia

            Kebudayaan merupakan aset yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai ciri khas suatu bangsa. Budaya berasal dari “budi” dan “daya” yang artinya adalah hasil dari ide yang bisa berupa tarian, nyanyian, gamelan, dan lain sebagainya. Kebudayaan juga merupakan aset negara yang harus dijaga dan dipelihara, supaya tidak diklaim atau ditiru negara lain dan bahkan dilupakan masyarakat Indonesia, sehingga hilangnya kebudayaan yang berada di Indonesia berpotensi lebih tinggi.
            Kebudayaan Indonesia sejak zaman 1980-an keadaannya mulai kurang baik, semakin tergeser, terdegradasi, dan tersingkir dari puncak dan pusat perhatian dan kesibukan kita.  Banyak para tokoh budayawan yang berada di negara Indonesia merasakan kemerosotan kebudayaan yang terjadi di Indonesia, tetapi pada saat itu masih ada permasalahan yang diperdebatkan, jadi masih ada hiruk pikuk permasalahan tentang kebudayaan.
            Masyarakat beranggapan bahwa kebudayaan adalah suatu yang tradisional dan perlu untuk ditinggalkan karena mereka berpikir Indonesia perlu berkembang dan maju. Dan nilai- nilai kebudayaan itu di pandang kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern. Anggapan itu adalah salah, karena budaya itu lambang dan karakter, bahkan dengan budaya yang kita miliki, kita harus bangga dan melindungi.
            Penyebab mengapa Malaysia mengklaim budaya-budaya yang ada di negara Indonesia? Karena budaya Indonesia yang beragam dan budayawan kita yang kurang mengerti akan kebudayaan sendiri, namun budayawan malaysia mengerti dan paham akan seluk beluk kebudayaan negara indonesia (khususnya melayu). Malaysia beranggapan bahwa antara Malaysia dengan Indonesia itu lebih tua Malaysia, jadi Malaysia berhak mengklaim kebudayaan Indonesia karena mereka beranggapan kebudayaan Indonesia ada karena kebudayaan Malaysia, jadi asal usul kebudayaan Indonesia berawal dari Malaysia.
            Era globalisasi, tentu akan berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal ini bisa dirasakan dan sangat menonjol saat ini. Begitu bebas budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya berpakaian yang lebih ke barat-baratan, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Semua itu berdampak sangat buruk dan dapat dengan mudah menggeser budaya asli yang ada di Indonesia. Itu artinya Indonesia masih belum siap untuk menerima globalisasi. Para remaja bahkan anak-anak terkena dampak buruk dalam segi iptek. Penyalahgunaan ini disebabkan belum ada filterisasi budaya yang masuk.
Kesadaran generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya.
Untuk mempertahankan budaya memang sangat dibutuhkan kesadaran yang kuat. Tidak hanya mengakui tetapi harus ikut serta dalam pelestarian budaya. Dari kesadaran itulah akan muncul upaya-upaya menjaga, melindungi budaya asli daerah sehingga akan tetap utuh. Di samping itu, faktor yang menyebabkan terjadinya pengklaiman budaya Indonesia atas nama Malaysia yaitu pemerintah kurang perhatian terhadap kekayaan budaya nasional. Kurangnya sarana untuk menampilkan budaya asli Indonesia kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat luas kurang mengenal budayanya sendiri. Contoh beberapa produk yang diklaim Malaysia adalah batik, reog ponorogo, masakan rendang dari Sumatra Barat, kuda lumping, lagu rasa sayange, alat musik angklung, gamelan dari Jawa serta tari piring dan masih banyak yang lainnya.
Bahkan pemuda maupun pemudi saat ini banyak yang meninggalkan kebudayaan dalam bersikap dan bertutur kata, seperti halnya berbicara dengan orang tua, kebudayaan untuk berbicara dengan bahasa jawa sudah hilang, dan cara bertutur pun sudah tidak seperti dulu, alasannya hanya karena dampak globalisasi, bahkan ada yang sampai tidak bisa berbicara dengan bahasa kromo (orang jawa).
Membangun kepedulian pemuda-pemudi untuk pelestarian kebudayaan merupakan hal yang tepat untuk dilakukan, karena di tangan pemuda  kebudayaan bisa terselamatkan. Cara untuk membangun kepedulian pemuda-pemudi adalah dengan mengenalkan budaya yang ada di berbagai daerah. Pemuda sebagai “agent of change” dan “agent of control”. Sebagai agen untuk perubahan Indonesia yang lebih baik, berubah untuk ikut andil dalam menjaga dan melestarikan budaya. Dan sebagai pengontrol budaya-budaya yang masuk ke negara Indonesia.
Tetapi pemuda-pemudi tidak boleh 100 persen disalahkan karena pemerintah juga harus bisa menjaga keasrian budaya milik negara. Negara dan pejabat negera hanya memfungsikan kesenian Indonesia untuk kepentingan praktis, karena titik tolak pandangan dan sikapnya masih pada batas bahwa kesenian tradisional dan modern adalah instrumen kegiatan ritual. Kebudayaan masih dianggap instrumen yang berfungsi praktis, umpamanya untuk tujuan pelancongan (turisme) bagi peningkatan sumber devisa negara, para seniman yang mengembangkan etos kebudayaan masih bergulat dengan banyak pihak kearah perbaikan kesenian Indonesia di masa depan. Perlu dipahami kita memperbincangkan terdegradasinya kedudukan kebudayaan sebagai suatu pranata sosial. Itu tidak membicarakan budaya secara detail. Bukan juga nilai budaya masyarakat. Ini perlu ditekankan karena perbincangan tentang terdegrasinya peran sosial budaya sering dipahami secara keliru sebagai kritik atau tuduhan terhadap sosial budaya. Seakan-akan gejala ini merupakan kesalahan pihak budayawan.
Karena budayawan merasa diserang, mereka membela diri dan membela status quo dengan mengatakan kebudayaan sekarang baik- baik saja, kalau ada penilaian yang negatif atas perkembangan budaya, maka itu di anggap sebagai kegagalan atau ketololan para kritikus budaya yang kurang paham kepada kebudayaan.
Kesimpulannya, bukan hanya budayawan, pemuda-pemudi dan pemerintah saja yang disalahkan tetapi masyarakat luas harus ikut serta dalam menjaga, melestarikan keasrian budaya Indonesia. Karena budaya Indonesia adalah milik bersama dan kebanggaan bersama.

0 komentar:

Posting Komentar